BERBAGAI PILIHAN INDIKATOR TRADING UNTUK ANDA 

Written by Geraldo Kofit, January 11, 2022

Penggunaan Indikator teknikal layaknya makanan pendamping untuk main course, seringkali dikesampingkan oleh trader karena bagi mereka justru membingungkan karena ujung-ujungnya malah memberikan false signal. Yah, sebagian besar hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh ketidakterampilan dalam memanfaatkan indikator yang sering digunakan trader. Padahal, kesalahan tersebut bisa saja terjadi karena Trader A menggunakan indikator X secara eksklusif (tanpa bantuan indikator lain), misalnya saat indikator tersebut memunculkan sinyal untuk posisi buy atau sell, justru kondisi pasar sudah jenuh (overbought atau oversold) sehingga trend terkoreksi melawan prediksi trader A tadi.

Berikut adalah beberapa indikator-indikator populer yang sering digunakan oleh trader dan layak Anda pelajari, dengan harapan indikator-indikator ini mampu mempertajam analisa Anda terhadap trend pasar:

  • Moving Averages

    Bisa dikatakan Moving Averages adalah "cinta pertama" bagi para Trader pemula, begitu mengesankan dan sulit dilupakan. Kesederhanaan dalam penggunaanya adalah alasan utama mengapa Indikator ini menjadi pilihan favorit. Cukup gunakan beberapa garis MA (Moving Average), di mana satu MA berperiode panjang (100, 200) akan menjadi patokan bagi trader untuk membaca kapan terjadinya uptrend atau downtrend. Misalnya pada waktu uptrend terjadi, tambahkan beberapa garis MA berperiode pendek (10, 20), awasilah posisi MA berperiode pendek tadi, jika posisinya mulai berpotongan dengan MA berperiode panjang bersiaplah pada posisi buy.
     
  • MACD (Moving Averages Convergence Divergence)

    Turunan dari Moving Averages ini umumnya menggunakan dua EMA (exponential moving averages) berperiode 12 (fast length) dan 26 (slow length). Dua garis EMA dikalkulasikan dengan mengurangi EMA berperiode 26 dari EMA berperiode 12. Selain itu, EMA berperiode 9 ditambahkan untuk mempertegas sinyal buy atau sell. Sinyal buy dalam indikator MACD biasanya ditangkap saat fast length memotong slow length dan bergerak ke atas, sedangkan sinyal sell saat fast length memotong slow length dan bergerak turun.
     
  • RSI (Relative Strength Index)

    Indikator RSI digunakan untuk menentukan kondisi overbought atau oversold pada waktu trend sedang terjadi. Skala RSI dimulai dari range 0 sampai 100, di mana saat garis menyentuh skala 70 ke atas maka bisa disimpulkan kondisi pasar sudah overbought. Sebaliknya, saat garis menyentuh skala 30 ke bawah maka pasar dalam kondisi oversold.
     
  • OBV (On Balance Volume)

    Volume transaksi pasar didasarkan pada asumsi bahwa idealnya volume mengonfirmasi trend pasar. Kenaikan harga pasar akan diikuti oleh naiknya On Balance Volume (OBV), sedangkan penurunan harga pasar akan diikuti oleh turunnya OBV. Tentu saja kondisi pasar tidak selalu ideal, maka dari itu bila garis OBV merangkak naik namun harga pasar masih stagnan, ada kemungkinan besar harga pasar akan mengikuti OBV. Begitu juga saat harga naik tapi OBV menunjukkan penurunan atau stagnasi, bisa jadi harga pasar telah mendekati puncak.

RECOMMENDATION FROM EXPERT :

  • Pastikan anda Mengetahuinya dengan BACA dan PAHAMI dalam artikel ini.
  • Share artikel ini ke temanmu dan DAPATKAN FREE KONSULTASI langsung dengan Saya untuk mengenal trading lebih detail.
  • CALL atau whatsapp dan cari GERALD silahkan hubungi di SINI

Butuh Konsultasi?

Hubungi Kami