Written by Hanna Dalimunthe, December 01, 2020
Saham gorengan sebaiknya dihindari, namun layaknya makanan yang digoreng meski memicu kolestrol tetap saja menggiurkan.
Anda mungkin pernah mendengar atau membaca mengenai sebuah saham yang di goreng? Mungkin sebagian calon investor yang akan memulai berinvestasi masih asing dengan kata “goreng menggoreng saham”. Saham tersebut harganya terus naik dengan cepat dengan volume perdagangan yang tinggi dan pada suatu level tertentu harganya anjlok dengan tajam lebih cepat dari proses kenaikannya. Menggoreng saham tidak sama dengan menggoreng nasi atau martabak. Tidak diperlukan minyak goreng atau mentega. Tetapi uang yang diperlukan untuk menggoreng saham. Mungkin satu persamaanya yaitu perlu bumbu-bumbu supaya sdap dan menarik. Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan menggoreng saham dan apa tujuannya? Yang jelas tujuannya uang, untuk memperoleh profit sebesar mungkin dalam waktu yang singkat, sama seperti tujuan sebagian trader pada umumnya.
Menggoreng saham adalah sebuah trik yang digunakan oleh trader, atau tepatnya spekulan menarik sebagian besar saham tertentu yang sedang beredar di pasar sehingga persediaan saham tersebut nyaris habis. Pada saat itu permintaan saham tersebut naik tetapi persediannya kosong maka harganya akan meningkat, dan ketika harga sudah mencapai level tertentu seperti yang ditargetkan, spekulan (menjual) semua saham tersebut pada harga yang sudah sangat tinggi. Untuk menciptakan permintaan dan menaikkan harga saham, spekulan menggunakan bumbu berupa isu-isu yang ditiupkan ke pasar.
Sering kali saham yang akan digoreng dibuat turun terlebih dahulu, hal itu agar sang “bandit” bisa menampung saham sahamnya di level terendah. Saat saham sudah di posisi terendah, disitulah waktunya masuk membeli saham gorengan.
Saham gorengan ini biasanya deretan saham yang harganya naik tinggi tanpa disertai fundamental, volume atau aksi korporasi yang signifikan. Tiba-tiba naik saja, padahal volume kecil, atau kinerja perusahaan masih membukukan laba alias merugi. Saham gorengan juga terlihat menggiurkan karena harganya naik sangat tinggi, namun di balik itu semua, investor perlu waspada karena ada pihak-pihak yang menggerakkan harga saham tersebut, di pom-pom alias ada bandarnya. Otoritas Bursa, Bursa Efek Indonesia (BEI), bahkan memasukkan saham yang meletup-letup tersebut dalam deretan saham dengan kategori Unusual Market Activity (UMA), karena saham gorengan bergerak tanpa dasar dan sering menyentuh batas atas transaksi bursa (auto reject).
Oleh karena naik turun harganya bak roller coaster, saham gorengan biasanya ditransaksikan oleh trader dan bukan investor. Bagi trader pemula, tidak disarankan masuk membeli saham gorengan karena potensi kerugian sangat besar jika modal tak kuat.
TIPS-TIPS MEMBELI SAHAM YANG MASUK KATEGORI GORENGAN
Ada beberapa tips yang perlu di tindak lanjuti, agar tidak melakukan hal atau kerugian akibat dari menggoreng saham. Selain daripada untuk melihat berbagai variable, untuk mengetahui nilai kewajaran sebuah saham dari laporan keuangannya, seperti dari indicator Price Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV).
Asahlah kembali kemampuan trading Anda, kenali sampai sejauh mana kemampuan dan jangan berhenti untuk terus belajar, dan terus lah belajar, belajar dan belajar.
RECOMMENDATION FROM EXPERT:
• Jadi melalui artikel ini dapat menjadi bahan rekomendasi menghindari saham gorengan di Pasar Modal
• Share artikel ini ke temanmu dan DAPATKAN FREE KONSULTASI langsung dengan Saya untuk mengenal trading lebih detail.
• CALL atau whatsapp dan cari Hanna silahkan hubungi DISINI