INVESTASI SAHAM VS OBLIGASI

Written by Ardian Noviarsi, April 17, 2021

Instrumen investasi banyak sekali jenisnya. Seorang investor tak perlu mencoba semua jenis instrumen investasi, hanya perlu mendalami beberapa yang dirasa cocok dengan profil risiko masing-masing. Namun bagi calon investor yang baru belajar, mungkin kesulitan memilih instrumen yang tepat. Beberapa instrumen yang sangat diminati investor adalah saham dan obligasi. Kedua instrumen tersebut tak perlu modal yang terlalu besar sehingga cocok untuk investor pemula. Mulai berinvestasi lewat saham dan obligasi pun prosesnya relatif mudah. Bila diminta untuk memilih salah satu di antara dua instrumen investasi tersebut, Anda pasti akan memilih yang paling menghasilkan banyak return atau profit. Antara saham dan obligasi, mana yang lebih menguntungkan?

  • Sumber Return dari Saham dan Obligasi

    Saham mewakili kepemilikan investor di sebuah perusahaan. Bila Anda memegang saham suatu perusahaan, bisa dibilang bahwa Anda juga pemilik dari perusahaan tersebut, meski kepemilikan Anda hanya sepersekian persen. Pemegang saham akan ikut mendapat profit bila kinerja perusahaan sedang baik, dan sebaliknya, menanggung risiko bila kinerja perusahaan buruk. Profit yang dibagikan kepada pemegang saham disebut sebagai dividen. Meski biasanya dibayarkan setiap tahun, perusahaan sebenarnya tak wajib membagi-bagikan dividen. Ya, dividen hanya dibagikan bila perusahaan sedang untung. Emiten yang rutin membagikan dividen di antaranya adalah UNVR, BBCA, TLKM, MYOR, dan lain-lain.

    Selain dari dividen, investor saham juga mendapat return dari selisih harga beli dengan harga jual saham (capital gain). Investor akan untung saat membeli saham di harga lebih rendah dari harga saat menjualnya. Begitu pula sebaliknya, investor menanggung loss bila ternyata harga jual lebih rendah dari harga beli saham. Bila saham mewakili kepemilikan, berbeda lagi dengan obligasi atau bonds. Obligasi secara harfiah adalah surat utang, karena mewakili utang suatu entitas, yakni pemerintah ataupun korporasi swasta. Ketika Anda membeli obligasi, berarti Anda memberikan dana sebagai pinjaman dengan tenor tertentu kepada pihak penerbit obligasi.

    Karena telah memberi pinjaman, Anda berhak mendapatkan bunga atau bagi hasil secara berkala, sesuai dengan prospektus. Kemudian saat jauh tempo, dana pokok Anda akan dikembalikan. Besar bunga obligasi biasanya ditentukan berdasarkan proyeksi suku bunga acuan suatu negara, serta seberapa tinggi minat investor terhadap obligasi tersebut. Nilai bunga obligasi atau biasa disebut kupon bisa bervariasi, tetapi pasti lebih tinggi dibandingkan bunga deposito bank. Sebagai contoh, SBR-007 yang dirilis pemerintah pada Juli 2019 lalu, menawarkan kupon floating dengan batas bawah 7.5 persen per tahun. Sementara itu, bunga deposito bank nasional umumnya sekitar 6 persen.

    Nah, bagaimana dengan persentase return saham? Angkanya sangat fluktuatif karena mengikuti volatilitas pasar. Besaran return akan berbeda tergantung kapan Anda menjual saham yang dimiliki, mengikuti harga bid. Misalnya, bila Anda menjual saham Adhi Karya Tbk (ADHI) hari ini bisa saja untung. Namun bila Anda menjualnya tahun depan, bisa saja rugi dan berlaku sebaliknya. Sebagai gambaran, bila pada 30 Desember 2014 Anda membeli saham ADMF di harga Rp3470 per lembar. Setahun kemudian, pada 30 Desember 2015, Anda menjual saham tersebut di harga Rp6750 per lembar. Dengan begitu, Anda mendapat return 95 persen.

    Sekilas, investasi pada saham memang bisa lebih menguntungkan daripada obligasi. Namun saat bicara tentang profit, Anda juga tak boleh melupakan risiko. Sejalan dengan hukum investasi high risk high return, instrumen investasi dengan potensi profit tinggi juga memiliki risiko loss yang tinggi pula.
     
  • Risiko Saham vs Obligasi

    Obligasi dikenal sebagai investasi yang berisiko rendah, bahkan bisa dibilang sebagai aset yang paling aman di dunia. Penerbitan obligasi melibatkan perusahaan sekuritas sebagai penjamin emisi. Investor pasti akan mendapat dana pokoknya kembali beserta bunganya selama penerbit obligasi mampu membayar utangnya. Oleh karena itu, penting memilih obligasi yang dijamin oleh suatu aset (secure bonds). Dengan begitu, bila penerbit obligasi gagal membayar bunga dan utang pokok, investor bisa mengklaim atas aset penerbit obligasi.

    Keamanan menjadi keunggulan obligasi yang paling menonjol. Anda tidak perlu melakukan apa-apa, tapi menerima kupon bunga secara berkala. Kekurangannya, Anda tidak bisa sewaktu-waktu mengambil dana yang telah dipinjamkan hingga tanggal jatuh tempo. Bagaimana dengan saham? Risiko investasi saham jauh lebih besar. Banyak faktor yang harus diperhatikan. Anda harus jeli memilih saham berkinerja baik lewat analisa fundamental, lalu harus menentukan waktu yang tepat untuk membeli atau menjualnya dengan analisa teknikal. Anda harus membaca laporan keuangan perusahaan dan update berita ekonomi terkini.

RECOMMENDATION FROM EXPERT :

  • Pastikan anda Mengetahuinya dengan BACA dan PAHAMI dalam artikel ini.
  • Share artikel ini ke temanmu dan DAPATKAN FREE KONSULTASI langsung dengan Saya untuk mengenal trading lebih detail.
  • CALL atau whatsapp dan cari ARDIAN silahkan hubungi di SINI

Butuh Konsultasi?

Hubungi Kami