Kenapa Dollar = Mata Uang Dunia?

Written by Indri Dwi Sapitri, November 25, 2020

1. Kekuatan Ekonomi

Penyebab utama mengapa mata uang sebuah negara bisa begitu mendominasi, tentu saja nomor satu adalah kekuatan ekonominya. Di masa lalu, basis penilaiannya adalah seberapa banyak persediaan emas, tetapi kini sudah berbeda. Semakin besar Gross Domestic Product (GDP) suatu negara dan volume transaksi lintas batasnya, maka makin besarlah permintaan untuk mata uangnya.

Lebih dari sekedar soal seberapa sehat ekonominya, suatu negeri mesti menjadi pusat permintaan barang dan jasa, sehingga mata uangnya bisa tersedia dengan mudah, didukung oleh sektor ekonomi yang kuat, dan bebas dari campur tangan pemerintah.

Dan Hingga tahun 2016, Amerika Serikat merupakan negara dengan total GDP terbesar dan pertumbuhannya sangat consumer-driven, di samping juga memiliki berbagai industri besar berskala internasional. Nilai tukar mata uangnya pun diserahkan sepenuhnya pada mekanisme pasar, tanpa adanya intervensi langsung dari pihak pemerintah.

 

2. Negeri Adidaya Militer


Kekuatan militer, baik dari segi personel, persenjataan, maupun intelijen Amerika Serikat sulit dicari tandingannya. Sepanjang sejarah umat manusia, khususnya di era penjajahan dan masa perang dunia, rangkaian peristiwa di mana suatu mata uang menguat diiringi oleh kekuatan militer dominan bukanlah hanya satu atau dua.

Dalam laporan Military Strength Index bulan September 2015, AS menempati posisi pertama, disusul oleh Rusia, China, Jepang, dan India di urutan lima besar (Indonesia ada di peringkat 19). Bisa dikatakan bahwa negeri yang kuat secara militer bukanlah AS saja. Namun, mata uang negeri-negeri itu belum tentu memenuhi persyaratan lainnya seperti dolar, dan mereka pun jelas tak menempati rangking satu.

 

3. Prestise Diplomasi Luar Negeri


Setiap negara cenderung melakukan transaksi perdagangan maupun finansial dengan negara lain dengan siapa mereka punya hubungan baik. Ini salah satu sebab terkuat mengala Dolar jadi mata uang dunia. Kekuatan diplomasi AS mengungguli negara-negara lainnya, bahkan dibanding mereka yang memiliki kekuatan ekonomi dan militer nyaris mampu bersaing. Ini karena prestise diplomasi bukan soal berapa banyak negara yang "takut", melainkan pada seberapa mampu tim diplomat melobi, berkawan, dan meluaskan jaringan.

Mengikuti logika ini, maka negara yang mata uangnya tidak laku biasanya memiliki hubungan buruk dengan negara-negara lainnya. Ambil contoh negara Zimbabwe yang mata uang-nya sudah hancur lebur. Faktanya, ada sanksi atas Zimbabwe dari Uni Eropa karena tindakan pelanggaran HAM pemerintahan Robert Mugabe. Atau Korea Utara yang praktis hanya memiliki hubungan dagang dengan China, penukaran mata uangnya pun kabarnya terbatas di wilayah itu saja.

Dalam konteks ini, maka bisa dipahami bagaimana Amerika Serikat yang terlibat dan puluhan perjanjian perdagangan dan aliansi lintas negara bisa membuat dolar jadi mata uang dunia.

 

4. Stabilitas Dan Kredibilitas, Diterima Di Mana-Mana


Jika Anda ingin pergi belanja di mall, maka tentu akan memastikan dulu bahwa di dalam dompet ada uang yang berlaku secara legal (bukan uang palsu) atau kartu debit/kredit dari bank yang bonafide, bisa diterima di banyak merchant. Demikian pula, pelaku transaksi antar negara akan memastikan bahwa mata uang yang dipakainya memiliki kredibilitas memadai dan akan diterima oleh counterparty. Banyak negara menjadikan Dolar AS sebagai mata uang utama cadangan devisanya semata karena alasan ini (selain juga ketiga poin di atas).

 

Apakah Posisi Dolar Sebagai Mata Uang Dunia Bisa Digantikan?

Tentu bisa. Yang memiliki kemampuan untuk mencapai keempat kondisi di atas bukan hanya Amerika Serikat saja, biarpun saat ini memang paman Sam paling unggul. Faktanya, menurut data IMF, porsi Dolar AS dalam komposisi cadangan devisa dunia terus menurun dari tahun ke tahun. Sejumlah mata uang lain mulai naik daun, khususnya Euro.

Ada berbagai alasan mengapa sejumlah negara mengurangi porsi Dolar dalam cadangan devisa-nya. Diantaranya adalah praktek anggaran defisit AS yang mengakibatkannya menanggung proporsi Debt-to-GDP cukup tinggi. Penurunan nilai Dolar AS dari waktu ke waktu juga membuat banyak pihak kurang menyukainya. Penurunan tersebut disinyalir karena mata uang ini tak lagi mengkaitkan nilainya dengan Emas seperti pada perjanjian Bretton Woods.

Akan tetapi, meski pamor Dolar mulai memudar, bisa dilihat betapa masih cukup jauh jalan yang harus ditempuh Currency lain untuk melengserkan dominasinya sebagai mata uang dunia. China saat ini pun tengah berambisi memasang Yuan (Renminbi) jadi mata uang dunia, tetapi perlu merintis dulu berbagai perjanjian dagang dengan banyak negara, juga secara bertahap melepas kontrol akan nilai mata uangnya dari tangan pemerintah ke mekanisme pasar.

Butuh Konsultasi?

Hubungi Kami