LIMA CARA MELIPATGANDAKAN UANG ANDA

Written by Anthonius Edyson, CWM, CTA, November 17, 2020

Analisa Saham, IHSG, Investasi Saham, Prediksi Harga Emas - Melipatgandakan uang dengan cara instan tanpa risiko memang tidak ada di dunia ini. Tetapi itu tidak berarti bahwa melipatgandakan uang adalah sesuatu yang tidak mungkin dilakukan. Anda tetap memiliki peluang untuk melipatgandakan uang dengan melakukan investasi di pasar finansial.

Investasi di pasar finansial merupakan cara  melipatgandakan uang paling tepat, daripada sekedar menunggu uang pesangon pensiun yang belum tentu cukup untuk memenuhi semua kebutuhan Anda, apalagi meninggalkan warisan yang berlimpah bagi anak-anak Anda.

Namun, godaan untuk melipatgandakan uang adalah semangat yang bisa mengantarkan seorang investor ke keberhasilan atau ke kegagalan gara-gara membuat keputusan secara ceroboh. Oleh karena itu, Anda perlu mengetahui lima cara untuk melipatgandakan uang berikut ini.
 

1. Cara Klasik
Cara klasik ini adalah strategi paling kuno di pasar finansial. Investor yang menjalankan cara klasik meraup profit perlahan-lahan, sesuai dengan semboyan "sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit". Risiko rendah, tetapi potensi profit juga rendah.

Pada prakteknya, investor pelaku cara klasik ini berorientasi pada profit jangka panjang, jadi mereka menginvestasikan dananya dalam saham dengan mengharapkan dividen, bukan capital gain. Mereka tidak ambil pusing ketika harga saham yang dimilikinya merosot dua ratus atau lima ratus poin, juga tidak berjingkrak gembira ketika harganya naik hingga 1000 poin. Yang penting bagi investor ini adalah bahwa dananya aman didalam saham-saham tersebut, dan mereka akan terus mendapatkan return secara berkala. Saham bagi mereka adalah tabungan.

Selain saham, investor klasik umumnya juga berinvestasi dengan membeli tanah, membangun rumah kos, atau menimbun emas sebagai upaya untuk menyediakan jaminan hari tua dan atau melindungi kekayaan bagi anak-cucu.

2. Cara Aman
Investor klasik kadang-kadang "bermutasi" menjadi investor yang mengambil "Cara Aman". Risiko yang diambil oleh pelaku cara aman sedikit lebih tinggi daripada pelaku cara klasik, dan potensi returnnya juga hanya sedikit lebih cepat daripada pelaku cara klasik. Aset yang disukai oleh kelompok ini adalah obligasi dan reksadana.

Obligasi, atau yang disebut juga sebagai surat utang atau bonds, merupakan pernyataan hutang dari penerbit obligasi, berikut janji untuk mengembalikan hutang tersebut dan memberikan bunga sesuai perjanjian. Apabila seseorang membeli obligasi, maka itu berarti ia secara tidak langsung memberikan pinjaman dana kepada penerbit obligasi dengan harapan mendapatkan imbalan di masa depan. Keuntungan didapat dari bunga kupon yang dibayarkan secara berkala, bisa setiap bulan atau per beberapa bulan. Selain itu, apabila pembeli ORI membutuhkan dana mendadak, maka obligasi dapat dijual kembali kepada investor lain walaupun mungkin agak sulit dilakukan dan pengembaliannya menjadi lebih rendah.

Obligasi memiliki imbal hasil berdasarkan suku bunga yang kompetitif dibandingkan deposito. Obligasi seperti SUN memang paling-paling hanya bisa dibeli oleh investor berkantong tebal, tetapi Obligasi Ritel Indonesia (ORI) bisa dibeli dalam jumlah kecil dengan harga relatif terjangkau di bank dan sekuritas yang ditunjuk oleh Pemerintah menjadi agen penjual ORI. Minimum investasi yang rendah, imbal hasil menggiurkan, dan kemudahan membeli, membuat banyak investor bermodal cekak yang ingin mengincar ORI.

Sedangkan reksadana merupakan koleksi instrumen investasi tertentu yang dikemas sedemikian rupa hingga menjadi produk keuangan dengan potensi return optimal dan risiko terkontrol. Perusahaan sekuritas (broker saham) umumnya menyusun produk reksadana dan memasarkannya kepada investor. Komposisi reksadana bisa jadi hanya terdiri dari saham, maupun gabungan saham dengan instrumen investasi lain seperti obligasi dan valuta asing (valas). Risiko investasi reksadana sebenarnya lebih tinggi daripada obligasi, tetapi skala risk/reward sering dianggap paling optimal ketika bursa saham sedang turun.

Baik obligasi maupun reksadana merupakan produk pasar modal. Masyarakat umum dapat turut berpartisipasi dengan perantaraan perusahaan sekuritas (broker).

3. Cara Agresif
Cara melipatgandakan uang dengan agresif umumnya dilakukan dengan mengincar capital gain dari pasar saham. Berinvestasi pada reksadana dengan komposisi risk/reward tinggi juga bisa dianggap sebagai cara agresif. Capital gain diperoleh dari selisih harga beli saham dan harga jualnya di masa mendatang. Untuk itu, investor 'agresif' selalu mencari peluang untuk membeli saat harga saham murah, dan menjualnya kembali saat harganya sudah berlipat lebih tinggi.

Skala yang banyak digunakan untuk mengukur apakah suatu saham masih 'murah' atau sudah 'mahal' adalah Price Earning Ratio (PER) dan Price Book Value (PBV). Tentu saja, untuk bisa mendapatkan keuntungan dengan cara ini, Anda perlu mengenal strategi-strategi trading saham lebih dulu. Diantaranya adalah bagaimana memilih saham yang tepat untuk dibeli saat harga rendah.

Keuntungan yang bisa diperoleh dengan cara ini sangat menarik. Banyak miliuner dunia mengembangkan kekayaannya dengan strategi semacam ini. Keuntungan yang diperoleh investor agresif adalah dengan memahami latar belakang saham yang diperjualbelikannya. Banyak orang di masyarakat salah paham, menganggap bahwa semua investasi di pasar keuangan itu sifatnya untung-untungan. Padahal, naik-turunnya harga saham dan aset investasi lainnya pun memiliki dasar fundamental yang bisa dianalisa.

4. Cara Spekulatif
Investor "agresif" kadang bisa berubah menjadi investor "spekulatif" apabila mereka bersedia menanggung risiko kerugian yang lebih besar demi mendapatkan keuntungan yang lebih banyak pula. Investor spekulatif berusaha mendapatkan keuntungan lebih cepat dan lebih tinggi, tetapi kebiasaan semacam itu sebenarnya juga meningkatkan risiko kerugian. Dalam dunia bisnis, semakin tinggi potensi untung, semakin tinggi pula risiko-nya. Demikian pula lah cara spekulatif. Karena keputusan untuk menjual atau membeli suatu aset dilakukan berdasarkan perhitungan keuntungan cepat sesaat, maka kemungkinan rugi pun meningkat.

Spekulatif disini mengacu pada beberapa tindakan, yaitu seperti memperjualbelikan aset dengan margin trading, memperjualbelikan aset dengan short-selling. Memperjualbelikan aset tertentu, seperti option dan produk derivatif berisiko tinggi. Kebiasaan memperjual-belikan instrumen investasi tanpa pertimbangan fundamental, atau hanya dengan mendengar rumor dan isu yang beredar.

Walaupun potensi untung sangat tinggi, tetapi orang yang mengambil jalan spekulatif suatu saat pasti menanggung rugi. Oleh karena itu, cara spekulatif ini tidak disarankan bagi Anda yang emosional atau memiliki persediaan dana terbatas.

5. Cara Objektif
Investor yang menempuh cara objektif akan menggunakan dana yang dimilikinya untuk menyusun portofolio investasi dengan hati-hati. Seperti investor spekulatif, ia memperhatikan risk/reward ratio dari instrumen-instrumen investasi yang dibelinya, dan tidak terpaku pada satu jenis investasi saja. Namun, investor objektif lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas.

Investor objektif membuat keputusan investasi berdasarkan kemampuan yang dimilikinya, termasuk dalam memilih instrumen investasi. Artinya, bila seseorang tidak memiliki cukup dana untuk membeli aset bernilai besar, maka ia takkan berpaling ke margin trading ataupun asal-asalan membeli saham murah. Oleh karena itu, kalau ia tidak begitu memahami investasi di pasar modal, maka ia akan belajar lebih dulu, bukannya buru-buru main saham atau mempercayakan dananya pada orang lain begitu saja. Dan ketika ia sudah berpengalaman pun, investor tipe ini akan memperhatikan berbagai faktor dalam mengambil keputusan.

Namun karakter paling penting dari investor objektif ialah, ia menyusun portofolio yang terdiri dari bermacam-macam aset dengan memperhatikan proporsi untung dibanding risiko. Artinya, mereka yang berkantong tebal mungkin akan berinvestasi di saham dengan tujuan dividen, saham dengan tujuan capital gain, sekaligus juga obligasi, reksadana, dll. Sedangkan mereka yang berkantong tipis bisa memilih reksadana campuran, atau yang paling mudah, dana pensiun berbasis investasi.

Demikianlah kelima cara melipatgandakan uang di pasar keuangan. Mana yang lebih cocok untuk Anda?

Butuh Konsultasi?

Hubungi Kami