MENGAPA YA TINGKAT INVESTASI DI INDONESIA RENDAH?

Written by Karlina, August 14, 2020

Seperti yang sudah kita ketahui bersama, Indonesia sebagai negara berkembang dikenal sebagai negara yang sangat subur dan sangat menjanjikan untuk dijadikan tujuan investasi. Bagaimana tidak, kekayaan alam yang dimiliki negeri ini saja sudah cukup mengundang minat para investor asing. Apalagi dengan pembangunan yang diharapkan dapat lebih baik dalam hal birokrasinya? Bila benar-benar dibangun sebagai negara dengan tata birokrasi yang baik, didukung dengan kebijakan pemerintah yang terbuka terhadap pemilik modal asing. 

Dilema Penanaman Modal di Indonesia


Memang tidak bisa dipungkiri, kebijakan yang terlalu longgar akan sangat memperluas jalan masuk para pemilik modal asing untuk menanamkan modal dengan nominal yang sangat besar-besaran, dan ini akan berdampak negatif  bagi Indonesia sendiri. Misalnya, pertanian sebagai salah satu sektor terbesar di Indonesia akan terkikis bersama dengan sektor non industri lainnya. Hal ini disebabkan karena para pemilik modal asing lebih banyak menanamkan modal di investasi sektor industri yang jelas membutuhkan banyak pekerja. Lowongan kerja di sektor industri terlihat lebih menyenangkan dan menggiurkan bagi para pemuda di desa, sehingga mereka lebih memilih untuk bekerja di kota sebagai buruh daripada meneruskan usaha persawahan milik orang tuanya. Pada akhirnya, hasil pertanian kita menjadi merosot, padahal kebutuhan kita terhadap hasil pertanian selalu meningkat. Keadaan ini yang akhirnya menyebabkan banyaknya kasus impor kebutuhan pokok seperti yang terjadi sekarang ini. Tidak hanya pertanian, begitu pula dengan sektor peternakan.

Namun begitu, bukan berarti sektor industri harus dimusnahkan begitu saja. Ada beberapa hal yang harus dibenahi dari sistem birokrasi kita untuk lebih memberdayakan masyarakat asli Indonesia. Salah satunya dengan menarik minat pemilik modal dalam negeri untuk berinvestasi di dalam negeri dengan memberikan keuntungan dari dana yang ditanam, namun juga membantu pertumbuhan dalam negeri. Mengapa? Dengan modal yang dimiliki berasal dari luar, otomatis keuntungannya tidak dinikmati oleh masyarakat Indonesia, tetapi dinikmati para pemilik modal tersebut. Pada akhirnya para pemilik modal asing tersebut justru akan berpartisipasi dalam pertumbuhan ekonomi negaranya, bukan negara Indonesia.

Mengenai Level Trust Lembaga Keuangan


Faktor pertama adalah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap institusi atau lembaga keuangan belum bisa optimal. Kurangnya informasi, edukasi, dan sosialisasi mengenai pentingnya berinvestasi secara sederhana saja masih kurang, bagaimana dengan investasi di pasar modal? Selain itu, masalah keamanan dana nasabah masih sangat rawan. Masih hangat dalam ingatan kasus Bank Centuri yang melenyapkan triliyunan dana milik nasabah dan hingga saat ini kasusnya belum mencapai kesepakatan penyelesaian akibat berbagai halangan. Kemudian dari kriminalitas yang mungkin terjadi sehari-hari adalah pembobolan kartu debit maupun kartu kredit milik nasabah yang masih kerap terjadi sehingga ini jelas merugikan nasabah. Tak jarang juga terjadi kasus penipuan kartu ATM yang setiap hari selalu mengisi laporan perkara di kantor kepolisian.

Stigma Masyarakat yang Mengira Investasi itu adalah Riba

Terkadang, bagi umat muslim, investasi kerap disamakan dengan riba atau penimbunan yang dikenal sebagai salah satu kegiatan yang sangat dilarang secara Islam. Mungkin yang perlu dipertegas di sini adalah investasi bukanlah penggandaan uang meski sekilas terlihat sama karena pemilik modal tidak terlibat secara langsung dalam jalannya roda perusahaan. Investasi yang masuk dalam sebuah perusahaan merupakan modal bagi perusahaan untuk menjalankan kegiatannya mulai dari penyediaan tempat kerja, pembelian bahan baku, pengadaan penelitian, peluncuran produk, program tanggung jawab sosial, dan kegiatan perusahaan lainnya dalam rangka menawarkan produk, menjualnya, dan mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan atau bisnis produk tersebut.

Modal yang masuk dari investasi tersebut tidak hanya diam di dalam perusahaan lalu dengan sendirinya menggandakan diri namun digunakan untuk pembiayaan perusahaan. Keuntungan yang didapat nantinya akan dibagi sesuai dengan kontrak antara perusahaan dan pemilik modal. Bahkan terkadang keuntungan ini tidak diberikan dalam bentuk uang tunai namun diberikan dalam bentuk penambahan lembar saham bagi pemilik modal sesuai dengan proporsi modal mereka dalam sebuah perusahaan.

Menyukai Pembelian Dalam Bentuk Barang


Faktor kelima adalah masyarakat Indonesia belum terbiasa untuk berinvestasi pada barang yang tak terlihat. Kebanyakan masyarakat Indonesia lebih menyukai jenis investasi yang jelas-jelas terlihat wujud barangnya sehingg mereka lebih bisa merasa aman dan nyaman karena mereka sendiri yang memegang bentuk investasi tersebut. Sebut saja emas sebagai perhiasan, tanah atau rumah (sertifikat), atau mungkin membangun sebuah usaha yang jelas-jelas akan memberikan keuntungan dari manfaat yang secara nyata ditawarkan kepada konsumen (misalnya dengan membangun sebuah rumah kontrakan, membangun kos-kosan di wilayah dekat kampus atau kantor, dan banyak lagi lainnya).
Perluas Pengetahuan Anda Tentang Investasi

RECOMMENDATION FROM EXPERT :

  • Pastikan anda Mengetahuinya dengan BACA dan PAHAMI dalam artikel ini.
  • Share artikel ini ke temanmu dan DAPATKAN FREE KONSULTASI langsung dengan Saya untuk mengenal trading lebih detail.
  • CALL atau whatsapp dan cari LINA silahkan hubungi di SINI

Butuh Konsultasi?

Hubungi Kami