Komodo Bond merupakan sebutan untuk surat utang atau obligasi rupiah terbitan institusi Indonesia yang dijual dan dicatakan di luar negeri (global IDR bond). Nama Komodo Bonds sendiri berasal dari hewan khas Indonesia di Nusa Tenggara Timur sehingga memiliki ciri khas Indonesia yang kental.
Penamaan surat utang tersebut mencontoh beberapa surat utang berdenominasi lokal milik beberapa negara yang sudah sukses menerbitkan obligasi dengan mata uang lokalnya seperti Dim Sum Bonds milik Tiongkok dan Masala Bonds milik India yang memiliki ke-khasannya masing-masing. Komodo Bonds ini pun diharapkan mampu mempercepat proses pendanaan pembangunan infrastruktur yang kebutuhannya mencapai Rp 1.100 Triliun per tahun
Komodo Bond pertama di dunia diterbitkan oleh Jasa Marga (kode saham JSMR) pada tanggal 13 Desember 2017. Pada saat itu, Jasa Marga mencatatkan Komodo Bond senilai Rp 4 Triliun di London Stock Exchange (LSE). Peluncuran terhitung sukses, dengan permintaan mencapai Rp 15 Triliun. Kemudian pada awal 2018, Wijaya Karya (kode saham WIKA) meluncurkan Komodo Bond di LSE juga, dan lagi-lagi mengalami oversubscribed. Melihat kesuksesan Jasa Marga dan Wijaya Karya, sejumlah BUMN lain (seperti PLN dan Telkom), mulai tertarik untuk turut merilis Komodo Bond dalam rangka meragamkan sumber dana pembiayaan di tengah rendahnya minat pada obligasi di dalam negeri. Apalagi, obligasi berdenominasi Rupiah dapat mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar bagi perusahaan-perusahaan tersebut.
Sejumlah kalangan meyakini kesuksesan penerbitan Komodo Bond oleh sejumlah BUMN selama ini menunjukkan instrumen ini memberi keuntungan yang menjanjikan bagi semua pihak yang terlibat. Penerbitan Komodo Bond menjadi upaya untuk mendiversifikasikan basis investor BUMN, sekaligus memanfaatkan momentum perolehan peringkat layak investasi penuh yang telah dikantongi pemerintah selaku pemegang saham utama.
Di sisi lain, penerbitan obligasi atau bond dari korporasi di pasar modal Indonesia mencatat peningkatan yang cukup tinggi pada 2017 dibandingkan 2016. Nilai penerbitan obligasi korporasi domestik berbasis rupiah di tahun 2017 mencapai Rp162,5 triliun, meningkat dari 2016 sebesar Rp113 triliun. Kondisi ini membuka peluang bagi perusahaan untuk melakukan berbagai upaya strategis agar tetap mampu menjaga kinerja bisnisnya dan memberikan nilai tambah bagi pemegang saham. Dengan kondisi yang demikian menantang, Mandiri Sekuritas berupaya merumuskan berbagai strategi inovatif yang diharapkan mampu menopang pertumbuhan bisnis perusahaan.