Written by Karlina, November 19, 2020
Siapa yang tidak mengenal 2 index raksasa ini. Bisa dibilang, kedua index ini adalah “penggerak” perekonomian AS dan merupakan poros ekonomi dunia. Ketika kedua index mengalami penurunan yang signifikan, bukan tidak mungkin index-index di belahan dunia lain khususnya di negara berkembang akan terkena dampak yang hebat. Ambil contoh di bulan oktober kemarin, ketika market US lesu, IHSG merespon. IHSG sempat anjlok ke angka 5800, banyak manajer investasi yang berpendapat karena faktor turki, tapi banyak juga yang berpendapat karena melemahnya indeks DJIA. Nah, pada artikel kali ini saya akan mengenalkan Anda kepada kedua indeks raksasa penggerak dunia ini, tentunya secar asingkat, padat dan jelas.
Standard & Poor’s 500
Indeks S&P 500 atau Standard & Poor’s 500 adalah salah satu indeks saham yang populer dan banyak diperdagangkan secara CFD setelah Dow Jones 30 (DJIA). Komposisi saham S&P 500 lebih besar dari Dow Jones 30 baik dari kuantitas maupun jenis sahamnya. Pada dasarnya, indeks yang lazim disebut dengan USA 500 ini didasarkan pada kapitalisasi 500 perusahaan besar yang terdaftar di New York Stock Exchange (NYSE) atau Nasdaq. Pergerakan indeks saham ini antara lain ditentukan oleh kondisi ekonomi Amerika Serikat dan kondisi bursa saham secara keseluruhan.
Ke-500 saham pendukung indeks S&P 500 adalah yang paling banyak diperdagangkan di AS dan mewakili sekitar 70% dari nilai total pasar saham di AS. Pada umumnya, indeks S&P 500 dianggap mewakili pergerakan pasar AS secara keseluruhan. Berbeda dengan indeks Dow Jones 30, persentasi perubahan nilai pasar secara keseluruhan akan sebanding dengan perubahan nilai indeks. Misalnya jika nilai total saham ke 500 perusahaan yang terdaftar di S&P 500 turun 10%, maka nilai indeks S&P 500 juga akan turun 10%. Tetapi penurunan 10% nilai total saham yang ada di Dow Jones 30 tidak selalu menyebabkan indeks Dow Jones turun 10%.
Hal itu terjadi karena bobot dari tiap saham dalam S&P 500 diperhitungkan secara proporsional. Perubahan harga saham-saham dengan kapitalisasi yang lebih besar akan lebih berdampak pada nilai indeks dibandingkan dengan saham-saham yang kapitalisasinya lebih kecil. Indeks S&P 500 meliputi perusahaan dari berbagai sektor, termasuk industri, energi, information technology (IT), keuangan, perawatan kesehatan dan consumer goods. Standard & Poor’s memperkenalkan indeks saham pertama kali pada tahun 1923, dan tampil dengan format seperti sekarang sejak Maret 1957.
DOW JONES 30
Indeks Dow Jones 30 lazim disebut Dow Jones Industrial Average (DJIA), salah satu yang tertua di dunia dan sering kali digunakan sebagai acuan naik turunnya perdagangan saham dunia. DJIA terdiri dari 30 saham perusahaan dengan kapital besar dan paling berpengaruh di AS. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain: American Express Co (AXP), Boeing Co (BA), Caterpillar Inc (CAT), Exxon Mobil Corp (XOM), General Electric Co (GE), Goldman Sachs Group Inc (GS), International Business Machines Corp (IBM), Intel Corp (INTC), The Coca-Cola Co (KO), JPMorgan Chase and Co (JPM), McDonald's Corp (MCD), Microsoft Corp (MSFT), Procter & Gamble Co (PG), dan lainnya.
Angka indeks dihitung berdasarkan penjumlahan share harga tiap-tiap saham dan dibagi dengan jumlah total perusahaan , oleh karenanya disebut dengan average (harga rata-rata). DJIA mewakili kira-kira seperempat nilai total seluruh pasar saham di AS, dan dianggap bisa mewakili naik turunnya pasar saham di AS. Namun demikian persentasi perubahan indeks Dow Jones 30 tidak proporsional dengan perubahan tiap-tiap saham baik yang terdaftar dalam Dow Jones 30 atau yang tidak, tetapi dampak perubahannya sama. Misalkan setiap perubahan USD 1.00 pada saham yang berharga USD 120.00 berarti hanya berubah 0.8% sementara perubahan USD 1.00 untuk saham seharga USD 20.00 akan menghasilkan perubahan sebesar 5%, tetapi dampak keduanya sama.
Perubahan indeks Dow Jones mencerminkan harapan pasar pada besarnya keuntungan yang akan diperoleh atau resiko yang akan ditanggung terhadap saham-saham perusahaan di bursa AS pada umumnya dan yang terdaftar dalam Dow Jones 30 pada khususnya. Indeks Dow Jones 30 seharusnya tidak dianggap mewakili sentimen terhadap pasar saham AS secara keseluruhan karena pandangan investor pada saham-saham kapitalisasi besar tentu akan berbeda dengan saham-saham kapitalisasi menengah dan kecil, atau jenis saham tertentu misalnya saham teknologi. Tetapi karena DJIA terdiri dari perusahaan-perusahaan besar yang paling terkenal di AS maka perubahan yang signifikan pada indeks Dow Jones 30 secara umum akan berdampak pada pasar meski tidak dengan proporsi atau skala yang sama.