Dr. Gema Georyadi Menjadi Pembicara ( Source Image: Astronacci)

https://wartaekonomi.co.id/read563122/ini-alasan-rupiah-jatuh-bukan-hanya-teknis-tapi-fundamental

Warta Ekonomi, Jakarta -Nilai tukar rupiah mengalami tekanan hebat pada awal perdagangan pascalibur Lebaran, Senin (7/4). Di pasar non-deliverable forward (NDF), rupiah sempat menyentuh level Rp17.200 per dolar Amerika Serikat (AS), mendekati titik resistance yang sebelumnya diproyeksikan Astronacci International.

Gema Goeyardi, Founder & CEO Astronacci, telah memperingatkan potensi pelemahan rupiah sejak pertengahan 2024. Dalam siaran langsung YouTube Astronacci pada 23 Juni 2024, ia menyebutkan bahwa melemahnya kondisi fundamental ekonomi Indonesia serta pola cup and handle dalam analisis teknikal menjadi sinyal kuat pelemahan rupiah.

“Dua titik penting sebagai target pelemahan, yaitu Rp16.800 sebagai target awal dan Rp17.200 sebagai resistance kedua yang potensial,” ujar Gema kepada wartawan pada 8 April 2025. “Banyak yang meragukan prediksi tersebut, apalagi saat itu rupiah masih bertengger stabil di bawah Rp15.800 per dolar AS.”

Namun, proyeksi itu kini menjadi kenyataan. Dengan menggabungkan metode time trading Astronacci dan analisis teknikal, Gema melihat pelemahan rupiah sebagai hasil kombinasi dari tekanan makroekonomi global dan momentum astrologi. “Kami melihat peluang besar pelemahan rupiah sejak pertengahan 2024 dan hari ini terbukti,” katanya.

Salah satu pemicu utama pelemahan rupiah adalah kebijakan tarif impor sebesar 32% dari pemerintah Amerika Serikat terhadap sejumlah komoditas asal Indonesia. Langkah tersebut merupakan bagian dari perang dagang lanjutan yang memperburuk sentimen pasar terhadap negara berkembang.

“Ini bukan hanya masalah teknikal, tapi juga fundamental besar yang mengiringinya. Saat negara sebesar AS menetapkan tarif sebesar ini kepada Indonesia, otomatis investor global akan lebih memilih safe haven seperti dolar AS, emas, dan obligasi pemerintah AS,” ungkap Gema.

Astronacci tidak hanya memberikan peringatan, tetapi juga membantu para pelaku pasar dan pebisnis dalam mengantisipasi risiko. Melalui kanal edukasi seperti YouTube Astronacci dan aplikasi A-CLUB Super App, perusahaan memberikan panduan investasi dan manajemen risiko. “Kami tidak hanya membuat prediksi, tapi memberikan solusi,” ujar Gema. Ia menyebut banyak pelaku ekspor-impor dan investor yang mampu mengamankan nilai tukar serta meminimalkan risiko valuta asing berkat insight dari Astronacci.

Sementara itu, munculnya kekhawatiran publik terhadap kemungkinan pelemahan rupiah hingga Rp20.000 per dolar AS turut mendorong fenomena panic buying dolar. Namun, Gema mengimbau masyarakat untuk tetap rasional. “Tekanan memang masih ada, tapi bukan berarti pasti menuju Rp20.000. Investor perlu rasional. Jangan membuat keputusan ekstrem hanya karena rumor. Fokus pada manajemen risiko dan tunggu sinyal teknikal yang jelas,” ujarnya.

Ia juga menyoroti pentingnya peran pemerintah dalam merespons dinamika ini. Menurutnya, komunikasi fiskal dan moneter yang kuat, intervensi Bank Indonesia secara tepat waktu, serta upaya menjaga kepercayaan investor menjadi kunci meredam volatilitas.

“Potensi tekanan masih ada, apalagi jika kondisi geopolitik dan inflasi global belum mereda. Namun kami akan terus memantau sinyal teknikal terbaru dengan metode time trading,” jelas Gema.

Ia memperkirakan rupiah akan masuk ke level Rp17.500 per dolar AS dalam waktu dekat dan bertahan sementara waktu. Setelah itu, target berikutnya diproyeksikan mencapai Rp18.200, mengacu pada analisis harmonic fibonacci dan eskalasi tekanan dari tariff war serta kenaikan inflasi global.

Fenomena panic buying dolar yang melanda masyarakat turut menjadi perhatian. “Panic buying bukanlah strategi investasi yang sehat. Investor sebaiknya memahami tren pasar, bukan hanya ikut-ikutan. Jika ingin lindung nilai, lakukan secara terukur, bukan panik. Diversifikasi aset tetap penting — tidak hanya dolar AS, tapi juga emas atau aset lain yang memiliki sifat lindung,” tutup Gema.

Butuh Konsultasi?

Hubungi Kami