Sumber: https://www.tribunnews.com/

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kondisi ekonomi baik dalam dan luar negeri yang tidak menentu saat ini, seorang investor perlu membekali diri menghadapi krisis.

Investor perlu mendapatkan pengetahuan mengenai bagaimana menghadapi resesi dari pakar yang kompeten sehingga mengubah krisis dunia menjadi kesempatan bagi mereka.

"Kondisi yang kurang baik saat ini memang memicu banyaknya kekhawatiran dan keraguan di benak investor, trader maupun pebisnis di Indonesia," kata Gema Goeyardi, CEO & Founder of Astronacci International Group dalam keterangannya belum lama ini.

Dengan mendapatkan gambaran yang jelas dan terperinci mengenai kondisi ekonomi saat ini, kata Gema pebisnis akan mampu mengidentifikasi peluang yang bisa ditemukan di dalamnya.

"Pebisnis dan investor akan mengetahui bagaimana strategi mengembangkan aset yang terbaik serta make money di 2023," kata Gema.

Fakta ini mendorong Astronacci International menggelar Indonesia: World Economic Forum Investment & Strategy (WEFIS) 2023.

Hadir sebagai Moeldoko, Kepala Staff Kepresidenan RI memberikan sambutan serta arah perekonomian dalam negeri di masa depan, Presiden International Federation of Technical Analysts, Wieland Artl, CFTe yang yang membagikan teknik analisa yang dapat digunakan dalam semua kondisi market dan Gema Goeyardi juga membagikan outlook di beberapa market, strategi investasi dan trading yang digunakan serta sudut pandang financial astrology.

Selain itu, beberapa ahli yang juga menjadi pembicara adalah M. Alfatih, CFTe., CTA., CSA., CIB., Co- founder Asosiasi Analis Teknikal Indonesia; Haryajid Ramelan S.E., M.M., RFC., CFP., CPRM., CSA., CRP., CES., CIB., CDMP., CTA., CPIA., Direktur Utama Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal Indonesia; Angelo Michel, CEO of AMTA, serta Indra Wijaya Rangkuti, MBA, CTA.

"Ajang WEFIS 2023 yang diadakan Astronacci ini dapat menjembatani komunikasi dua arah antara trader dan investor dengan para ahli," katanya.

Di singgung mengenai kondisi sekarang, Gema mengaku khawatir jika resesi yang tengah membayangi dunia, mirip seperti yang terjadi pada tahun 2007 lalu yang ditandai resesi di Amerika Serikat.

Amerika Serikat saar ini mulai inflasi besar karena krisis rantai pasok (supply chain) akibat perang Rusia-Ukraina dan kondisi ini berimbas pada nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

"Kalau terjadi dealuasi mungkin sampai menyentuh Rp16.000, maka untuk Indonesia yang kemungkinan yang diuntungkan adalah sektor ekspor, namun hanya mining dan crude palm oil (CPO)," katanya.

Namun, dikhawatirkan tahun 2023 terjadi badai krisis mengingat kondisinya seperti tahun 2008, persis setahun sebelum Pemilu.

"Tipikal yang mirip, dari kondisi rupiahnya mirip dari bubbel potential crisis-nya mirip. Jadi saya takutnya kuartal I 2023 itu anginnya berhembus,” katanya.

Butuh Konsultasi?

Hubungi Kami