June 28, 2022
Sumber: https://ekbis.sindonews.com/
JAKARTA - Inflasi besar-besaran di Amerika Serikat (AS) dan kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve - The Fed) menyebabkan penguatan dolar AS ( USD ) yang diawali pada bulan Maret 2022 lalu. Perusahaan riset Astronacci International memprediksi, rupiah berpotensi terus melemah dengan target ke Rp16.200 per dolar USD.
Dalam siaran persnya, Astronacci menyebut krisis pasar finansial dan juga pelemahan rupiah diawali dengan perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan kenaikan pada harga minyak dan diikuti dengan inflasi secara besar-besaran di AS.
Pada tanggal 17 April 2022, Astronacci mengeluarkan prediksi mengenai kenaikan suku bunga The Fed yang ditujukan untuk menghadang laju inflasi AS. Kenaikan suku bunga The Fed ini selanjutnya mendorong laju penguatan US Dollar Index (DXY) yang ke depannya berdampak negatif terhadap rupiah.
Gema Goeyardi dari Astronacci mengatakan, rupiah yang berada di posisi Rp14.340 per USD dan kemudian menguat ke area Rp14.450 per USD pada 25 April 2022 menandai bahwa USD/IDR mulai keluar dari area konsolidasinya. Astronacci pun mengingatkan kepada trader maupun investor terkait potensi pelemahan rupiah yang akan segera terjadi.
"Kondisi sekarang ini rupiah adalah laggard indicator dari USD. Sehingga ketika terjadinya penguatan terhadap USD secara terus menerus, maka sebentar lagi akan terjadi pelemahan terhadap rupiah secara signifikan," ujar Gema.
Suku bunga The Fed terus merangkak naik, yang diawali pada bulan Maret 2022 sebesar 25 bps, lalu mengalami kenaikan lagi pada bulan Mei 2022 sebesar 50 bps, hingga kemudian mencapai 75 bps pada Juni 2022 terus memicu penguatan USD.
Hal ini berdampak negatif terhadap rupiah yang hingga Senin (27/6) melemah ke posisi Rp14.812 per USD. Gema mengatakan, USD akan terus menguat dan rupiah melemah dengan target Rp16.200 per USD.
Terkait analisis pelemahan rupiah dari Astronacci, Gema memberikan prediksi terbarunya yakni USD/IDR yang memiliki potensi untuk menguji kembali area support dan membentuk secondary reaction. Secara indikator, momentum yang mengarah ke bawah pada area jenuh beli (overbought) menurutnya mengindikasikan bahwa USD berpotensi untuk melemah ke area support Rp14.710 sebelum kembali menguat untuk mengisi area gap pada area Rp16.200.
Terkait prediksi tersebut, Gema menyarankan beberapa hal bagi para pelaku pasar. Pertama, mulai menabung USD. Kedua, mencari saham emiten yang diuntungkan dengan pelemahan rupiah. Ketiga, menghindari saham-saham emiten yang dirugikan dengan pelemahan rupiah.