DAMPAK GEJOLAK RUPIAH - JAKARTA.  Tekanan ke rupiah terus terjadi setelah The Fed memutuskan mengerek suku bunga. Begitu juga dengan sentimen global lainnya yang berpotensi mendesak pergerakan rupiah adalah inflasi global, gangguan pasokan, perang antara Rusia-Ukraina dan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia.

Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada akhir perdagangan Selasa (28/6). Berdasarkan Bloomberg, rupiah di pasar spot melemah 33,5 poin atau 0,23% ke Rp 14.831 per dolar Amerika Serikat (AS). Sejalan, rupiah Jisdor juga terlihat melemah setelah turun 0,24% ke level Rp 14.837 per dolar AS.

Banyak analis yang memproyeksikan kalau rupiah masih akan terus melemah.

Salah satunya Astronacci International sebuah perusahaan research dan trading yang memproyeksikan rupiah bisa menyentuh ke level Rp 16.200.  Astronacci memberikan prediksi rupiah memiliki potensi untuk menguji kembali area support dan membentuk secondary reaction. Secara indikator momentum yang mengarah ke bawah pada area jenuh beli (overbought), hal ini mengindikasikan bahwa rupiah berpotensi untuk terjadinya pelemahan ke area support Rp14.710 sebelum kembali menguat untuk mengisi area gap pada area Rp 16.200.

“Sebagai seorang investor, Anda wajib untuk mengetahui apa yang saat ini terjadi di negara kita, dan bersiap-siap untuk hal yang terburuk karena dengan demikian, Anda bisa mengamankan portofolio,” ujar Gema Goeyardi, Founder Astronacci International dalam keterangannya.  

Nah, Gema menyebutkan ada beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh investor. 

Pertama, mulai menabung dolar AS. Kedua, carilah saham yang diuntungkan dengan pelemahan rupiah. Ketiga, hindari saham-saham yang dirugikan dengan pelemahan rupiah.

Gema menyebutkan kalau penguatan dollar AS yang sudah dimulai dari Maret lalu.  Tepat pada tanggal 17 April 2022, Astronacci memberikan prediksinya terhadap kenaikan suku bunga The Fed yang sudah pasti terjadi untuk menghadang laju inflasi dari AS.

Kenaikan suku bunga The Fed ini juga mendorong laju penguatan dari US Dollar Index (DXY) yang ke depannya akan berdampak negatif terhadap Rupiah. Dengan kondisi Rupiah yang berada di Rp14.340 per dolar AS berhasil menguat ke area Rp14.450 per dolar AS pada 25 April 2022. Hal ini menandakan bahwa USD/IDR mulai keluar dari area konsolidasinya. Astronacci kembali mengingatkan kepada trader maupun investor terkait pelemahan Rupiah akan segera terjadi. 

Hingga kini pasar memang masih menimbang-nimbang outlook suku bunga bank sentral AS (The Fed) di tahun ini. The Fed memang sudah menegaskan akan bertindak agresif guna meredam inflasi.

Di bulan ini, The Fed sudah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 1,5% - 1,75%, dan bulan depan akan dinaikkan lagi 50 -75 basis poin. Di akhir tahun suku bunga diproyeksikan berada di 3,25% - 3,5%.

Butuh Konsultasi?

Hubungi Kami